Translate

Selasa, 26 Juli 2016

Brotherhood

Saya ingin berbagi tentang persaudaraan saya dengan seorang kakak laki-laki saya dan seorang adik laki-laki saya.
Oang Jawa bilang kalau saya itu "Sendang Diapit Pancuran", dalam bahasa Indonesia artinya "Lautan Diantara Air Mancur" yang artinya anak perempuan yang berada di tengah-tengah antara satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. Dan, menurut kepercayaan orang Jawa menandakan keberuntungan. Saya mengamini hal itu meskipun saya bukan penganut kepercayaan Jawa, hanya saja saya orang Jawa.

Saya amat sangat bersyukur menjadi anak tengah dengan seorang kakak laki-laki dan seorang adik laki-laki. Walaupun sedari masik kanak-kanak, kakak saya selalu menjahili saya. Kalau saya ngga sampai nangis, kakak saya ngga bakalan berhenti menjahili saya, haha...

Persaudaraan saya dengan para laki-laki tersebut dibumbui cerita yang, yaa...kalau orang bilang kayak drama atau sinetron.
Adik kami pernah tidak bersama dengan kami selama 12 tahun, sejak ia lahir. Waktu itu saya dan kakak saya masih anak-anak dan tidak tahu menahu soal kelahiran adik kami. Singkat cerita, memasuki usia 10 tahun, kakak saya 11 tahun, orang tua kami bercerita bahwa sebenarnya kami mempunyai seorang adik laki-laki yang kini entah berada di mana karena keberadaan keluarga yang mengambil adik kami tidak diketahui oleh kedua orang tua kami. Sejak itu, ibu kami berpesan untuk selalu menyebut nama adik kami dalam setiap doa kami.
Iman yang kami miliki terasa begitu besar, walaupun bertahun-tahun kami berdoa dan belum mendapat jawaban ataupun tanda-tanda yang menyatakan bahwa kami akan bertemu adik kami itu tidak ada, tapi kami terus berdoa karena kami percaya kalau suatu saat nanti kami akan bertemu adik kami dan kami akan tinggal bersama-sama. Hingga suatu kali, saya mulai kehilangan iman itu. Saya merasa bahwa fakta kami memiliki adik itu tidak benar; kalaupun saya sebenarnya tidak mempunyai adik, saya akan baik-baik saja. Namun anehnya, saya masih tetap mendoakan adik saya yang saya sendiri tidak tahu bagaimana rupanya.

Tahun 2005, keajaiban itu terjadi. Di saat saya dan keluarga saya mulai menyerah kepada Tuhan, di situlah Tuhan menunjukkan kuasaNya.
Adik kami lahir di Bali tahun 1993. Dan pada bulan Desember 2005, ibu saya sungguh ingin pergi ke Bali. Akhirnya kami sekeluarga pergi ke Bali, dan di sana kami bertemu dengan bapak kos di mana orang tua saya tinggal sewaktu mereka menetap di Bali. Orang tua saya bercerita bahwa kami telah berpisah dengan adik kami mulai ia lahir. Setelah mengobrol cukup panjang, lalu ada seorang wanita mengenalkan diri sebagai kerabat dari keluarga yang membawa adik kami. Dan ia memberi sedikit, amat sedikit petunjuk alamat di mana kerabatnya tersebut tinggal; yaitu di Purwodadi, Jawa Tengah.
Singkat cerita, sehari sesudah kami pulang dari Bali, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Purwodadi, Jawa Tengah, untuk mencari adik kami. Jujur, selama perjalanan kami masih bertanya-tanya apakah kami benar-benar memiliki adik? Karena ini sudah 12 tahun lamanya. Tapi lain hal dengan ibu kami. Ibu kami begitu bersukacita selama dalam perjalanan walaupun kami tidak diberi alamat yang jelas. Kami harus bertanya kepada sekian orang dalam perjalanan untuk mencapai tujuan.
Malam pun datang dan hujan turun dengan deras. Tidak ada lagi orang yang bisa kami tanyai malam itu, karena memang sudah sangat malam dan hujan sangat deras. Sampai akhirnya kami berhenti di depan warung kopi karena di depan seperti tidak ada kemungkinan lagi untuk melanjutkan perjalanan. Lalu, orang tua kami memutuskan untuk bertanya pada orang yang sedang ngopi di warung kopi kecil dan sederhana itu.
And this is the magical moment happened, ternyata alamat yang kami cari berada tepat di belakang warung kopi tersebut. Percaya tidak percaya, kami turun dari mobil dan mengetuk pintu rumah tersebut. Dan ternyata benar itu lah alamat yang kami cari.
Saya masuk ke dalam rumah sederhana itu dan melihat ada foto-foto adik saya sewaktu ia masih duduk dibangku Taman Kanak-Kanak, saya dan kakak saya meneteskan air mata, kami benar-benar memiliki seorang adik laki-laki. Wajahnya sangat mirip dengan wajah kakak saya sewaktu masih kecil.
Saat bertemu dengan adik, kami berpelukan. Kami bahagia dia baik-baik saja.
Namun, di awal perkenalan kami dengannya kami hanya dikenalkan sebagai saudara sepupu, bukan saudara kandung. Sedih :(
Kami percaya bahwa ini semua adalah proses. Akan sangat tidak mudah untuk dia menerima kenyataan. Kami pun tidak pernah berhenti berdoa bahkan setelah kami bertemu dengannya.

Singkat cerita, karena benar-benar kisah yang sangat panjang dan dibumbui peperangan rohani dan drama, adik kami mengetahui bahwa kami lah keluarga kandungnya, keluarga sejatinya, dan puji Tuhan sekali ia memutuskan tanpa ragu untuk berkumpul bersama kami di Malang.

Kini ia bekerja di Bekasi, Jawa Barat. Dia tumbuh menjadi laki-laki yang baik, bertanggung jawab, dan mencintai Tuhan dan keluarganya.
Saya dan adik saya senang berbagi cerita, saling curhat. Kami seperti teman baik.

Nah, sekarang tentang kakak saya.
He is the best big brother I ever know. And I'm grateful to have him, no doubt.
Dia ngga pernah memuji saya secara langsung namun setiap kata-kata yang ia ucapkan mengisyaratkan bahwa ia mengasihi saya.
Pernah suau hari saya merasa tidak percaya diri karena saya merasa gagal dalam soal percintaan. Entah saya ditinggal pergi pacar atau selalu gagal setiap mendekati laki-laki, hahaha..
Hingga suatu hari saya curhat ke kakak dan saya berkata kalau saya ingin sekolah kepribadian untuk bisa menjadi wanita yang anggun, karena saya orangnya sangat easy going dan apa adanya.
Lalu kata kakak saya begini,
"Buat apa mengubah diri sendiri jadi seseorang yang bukan dirimu sendiri? Jadilah diri sendiri. Bukan kamu yang harus jadi orang lain, tapi orang yang mencintai kamu haruslah orang yang bisa menerimamu apa adanya. Just being you, tapi kamu yang terbaik. Mulai rebranding. Ubah apa yang jelek aja."
Well, he really knows me well. Kalau bisa aku mau peluk dia setiap hari. Sayangnya, dia sudah bekerja di Surabaya dan jarang pulang.

Kedua,
Saya pernah melamar di salah satu stasiun TV swasta di Jakarta. Dan saya tidak keterima kerja di sana. Banyak spekulasi sih..
Tapi yang buat saya ngga down adalah kakak saya
Saya bilang kalau orang-orang yang diterima kerja di TV swasta itu adalah orang-orang yang berparas menarik. Saya menunjukkan bukti foto yang diupload di salah satu media sosial.
Lalu kakak saya menimpali saya dengan kata-kata ini,
"Kalau mereka menerima karyawan berdasarkan fisik dan rupa yang cantik dan ganteng, pasti kamu keterima, Na. Kalau kamu sekarang ngga keterima, itu artinya tempatmu bukan di situ. Tuhan pasti punya rencana yang jauh lebih indah."
And I cried listen to that beautiful words from beautiful person who has beautiful soul :")

Sekarang kami sudah dewasa dan berjalan di jalan kami masing-masing. Jauh jarak. Tapi kami tetap saling mendoakan satu dengan yang lain.

Pesan saya, hargai setiap kehadiran dan waktu yang kita miliki dengan saudara kita.
They are precious.
They are treasures.
Dan saudara kita adalah teman yang paling mengerti kita sekalipun kita ngga menyadari hal itu.
They are a million dollar things, even you don't even know it.

p.s : I love you my brothers :*
(Daniel Budhi Ertantyo & Dena Eriyanto Tandyo)


from: your the only one sister,

Tanya Eirena Yeru <3