Translate

Sabtu, 13 September 2014

"The Fault In Our Stars" Review

Setelah ini, saya akan lebih mendekatkan diri dengan pembaca (entah siapapun Anda) dengan pemilihan dan penggunaann kata-kata yang saya susun. Dimulai dari entri ini. Alasannya klise, karena lebih mudah menggunakan bahasa sehari-hari, dan terkesan lebih dekat dengan pembaca.


Aku sudah menyeleseikan novel karya John Green "The Fault In Our Stars". Hmm, tidak banyak yang akan aku ulas, karena aku masih ingin membacanya. Berulang kali.
Tapi, apa yang aku lihat, dan rasakan dari novel ini lebih mengarah pada pemikiran "Gila, ini novel sweet banget..".
Tidak ada air mata dibandingkan pada saat membaca "A Dog's Life", namun hati terasa campur aduk dan pikiran terbawa pada imaji yang dibangun sendiri. Augustus Waters, dia benar-benar hot. Penggambaran dan pembawaan tokoh utama laki-laki di novel itu sangat sempurna. Dan Hazel Grace, tokoh utama perempuan, dia normal, maksudku, dia punya sense of human being. Kisah cinta mereka sangat menyadarkanku secara pribadi tentang penderita kanker dan bagaimana seharusnya memperlakukan mereka. Novel ini memang bukan novel tentang kanker, tapi sedikit banyak membuatku sadar akan keberadaan penderita kanker. Sangat menginspirasi. Terimakasih John Green, karena sudah menciptakan Augustus Waters dan Hazel Grace.

Tentang hubungan cinta mereka (Augustus Waters dan Hazel Grace), jujur, kisah cinta mereka sangat menggugah sekaligus menghancurkan harapan hingga berkeping-keping. Bagaimana bisa membangun kisah cinta yang begitu indah lalu secara perlahan menghancurkan setiap harapan akan akhir yang indah. Dan aku pun jatuh cinta, bukan hanya jatuh cinta pada tokoh Augustus Waters. Aku jatuh cinta pada kisah cinta mereka, perjuangan mereka dan saat-saat dimana mereka bercinta.

Novel ini memuat banyak sekali kutipan. Sangat menginspirasi. Menggugah.

Tidak banyak yang bisa aku ulas. Aku masih tenggelam bersama kisah cinta mereka. Aku akan membacanya lagi. Dan akan kutulis ulasannya lagi.

Novel yang sudah diangkat ke sebuah film ini, PATUT DIBACA! Jangan hanya sekedar menonton filmnya, tapi juga bacalah!


Rabu, 10 September 2014

Review 1 : "A Dog's Life" Karya Ann M. Martin


Buku ini terbit tahun 2005, tapi baru saya baca tahun ini. what a shame.
Dan, saya bisa katakan jika buku ini layak untuk dibaca, baik bagi pecinta anjing maupun yang tidak menyukai anjing.

Buku ini menceritakan tentang seekor anjing yang berjuang bertahan hidup, tanpa tuan. Ia memiliki pengalaman buruk dengan manusia. Namun, di umurnya yang sudah "tua", ia bertemu dengan seorang wanita tua dan mereka pun menghabiskan masa lanjut mereka berdua, menjadi sahabat karib.

Dalam buku ini berkisah seekor anjing tanpa tuan yang tinggal di gudang. Ia besar dari didikan ibu dan kakaknya, namun ibunya pergi dan tidak pernah kembali. Sedang ia dan kakaknya mencoba mencari hal baru "di luar sana". Ia dan kakaknya mengalami hal-hal yang luar biasa hingga ia bertemu dengan sepasang anak manusia. Mereka sempat dipelihara hanya semalam, lalu mereka dibuang. saat itu lah mereka berpisah, anjing kecil bernama Squirrel harus berpisah dengan kakaknya karena kakaknya diambil oleh orang yang mau memelihara dia. Saat itulah Squirrel kecil menjalani hari-harinya yang berat, kelaparan, berburu, kedinginan. Hingga ia bertemu dengan teman baru bernama Moon. Ia dan teman barunya memulai petualangan mereka. Pengalaman buruk dengan manusia terus mereka alami. Tak hanya itu, mereka juga harus berkelahi dengan anjing liar lainnya demi urusan makanan sisa di tong-tong sampah.

Kisahnya dengan Moon tidak berjalan abadi, Moon mati karena tertabrak sebuah truk.
Squirrel pun kembali mengembara, menjadi anjing terlantar. Tidur di garasi rumah orang dan mencari makanan di tong-tong samapah, hingga akhirnya ia bertemu dengan Susan. Ia dan Susan pun menjadi sahabat karib di usia mereka yang sama-sama sudah lanjut.

Selain itu, bahasa yang digunakan juga ringan, membuat pembacanya seakan ikut masuk ke tempat dimana Squirrel berada.

Kisah Squirrel ini membuat air mata saya keluar terus saat saya membacanya. Kisah yang mengharukan sekaligus indah. Buku ini bagus sebagai bahan self-reflection. Bagaimana di luar sana masih banyak orang yang menyiksa binatang. Apa yang kita perlakukan kepada binatang dapat mencerminkan siapa diri kita sebenarnya.

Jadi bagi teman-teman yang belum membaca buku ini, saya merekomendasikan "A Dog's Life" Karya Ann M. Martin sebagai bahan bacaan di saat santai Anda.

Pendakian Pertama

18 Agustus 2014.
Saya ingat hari itu hari Senin.
Saya bersama adik dan seorang teman melakukan perjalanan yang cukup ekstrem. Kami mendaki ke gunung Semeru.
Kami sudah merencanakannya jauh-jauh hari, dan kami menetapkan tanggal 18 Agustus.
Segala persiapan sudah kami lakukan. Mulai dari carrier bag sampai hal-hal kecil yang dibutuhkan saat kami berada di daerah gunung selama 3 hari 2 malam.
Kami bukan pendaki yang sudah pro. Pendakian kemarin merupakan pendakian pertama kami.
karena baru pertama, persiapan begitu matang. sampai-sampai tidur pun tidak nyenyak.

Dan berikut beberapa hal yang bisa saya bagikan dalam persiapan sebelum pendakian :
A. Perlengkapan
1. Carrier bag + cover
2. Tenda
3. Jaket tebal
4. Sepatu tracking
5. Sarung tangan
6. Syal, kerpus, topi, bandana
7. Kompor kecil
8. Mess Tin
9. Tabung gas (untuk kemping)
10. Sleeping Bag
11. Trash Bag
12. Head lamp/senter

B. Logistik
1. Beras/nasi
2. Lauk pauk (telur, tempe, abon, sarden)
3. Mie instan
4. Minuman hangat (wedang jahe, kopi, susu)
5. Makanan ringan
6. Air minum

C. Lain-lain
1. Obat-obatan

kurang lebih itu yang perlu dibawa saat akan melakukan pendakian.

kami melakukan perjalanan dari rumah menuju Ranupani dengan mengendarai sepeda motor. Kami sempat kesulitan saat di tengah jalan. Jalan begitu menanjak dan sepeda motor yang ditumpangi oleh dua orang tidak kuat. Kami sempat kerepotan, tapi tidak ada kendala yang berarti. Kami pun melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Ranupani, kami langsung melakukan perjalanan menuju pos penjagaan. Di situ kami melakukan urusan administrasi seperti penyerahan dokumen yang dibutuhkan seperti fotokopi KTP/KTM, surat keterangan sehat dan satu buah materai 6000. Tiket masuk sebesar Rp 17.500,- / orang, per hari. Setelah urusan administrasi beres, kami pun berjalan menuju Semeru dengan hati yang amat sangat excited.

Kami berangkat pukul 10.30 WIB. Kami sampai di Ranukumbolo pukul 15.00 WIB.
Ranukumbolo bagus banget, cantik banget. Rasa capek selama perjalanan langsung kebayar dengan keindahan Ranukumbolo.
Sesampai di Ranukumbolo, kami melakukan sesi foto terlebih dahulu, hehe..setelah itu kami mencari tempat yang bagus untuk mendirikan tenda. Tenda kami kecil, hanya untuk 2-3 orang saja. Memang kami cuma bertiga tapi badan kami besar semua. Tpai kami tetap bersyukur, dengan tenda yang kecil, tidur kami pulas karena kami tidak kedinginan.


Malam hari di Ranukumbolo, kami menikmati indahnya langit malam hari di sana. Bintang-bintang terlihat berjalan dengan cepat, dan kami berkali-kali melihat bintang yang meluncur seolah bintang jatuh. INDAH!

Setelah menikmati makan malam, kami tidur karena esok harinya kami masih harus melakukan perjalanan lagi. Keesokan harinya kami bangun pagi untuk melihat matahari terbit. Matahari terbit pukul 06.00 WIB. Hanya satu kata, CANTIK!


Puas melihat matahari terbit dan foto-foto, kami sarapan lalu mulai berbenah. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung Semeru, Kalimati. Kami berangkat dari Ranukumbolo pukul 08.20 WIB. Dan sampai di Kalimati pukul 11.45 WIB. Medan yang kami tempuh sangat berat. Jalan menanjak terus. Salah satu teman kecapekan hingga hidungnya mimisan. Kami istirahat berkali-kali. Namun puji Tuhan, kami tiba di Kalimati dengan tidak kekurangan apapun. Malah dalam perjalanan, kami bertemu teman baru dari Batu dan Jakarta.


Sesampai di Kalimati kami mendirikan tenda lagi. Kami begitu menjaga kondisi fisik kami agar kuat saat melakukan pendakian. Karena suatu hal, kami bertanya pada seseorang yang tengah berjalan dekat tenda kami. Kami bertanya jam berapa sebaiknya berangkat naik. Ternyata orang yang kami tanyai adalah seorang porter. Dia menawari kami porter dengan harga Rp 150.000,-, kami tidak bergegas mengambil keputusan. Kami punya ide untuk tanya kepada teman dari Batu dan Jakarta, karena mereka juga merupakan pendaki perdana ke Semeru. Karena jumlah kami dan mereka 8 orang akhirnya kami sepakat menggunakan porter. Porter bilang kami akan berangkat pukul 23.00 WIB. Sedangkan pendaki lain ada yang sudah berangkat pukul 22.00 WIB. Track yang akan kami tempuh merupakan track baru. Lebih curan dan ekstrem. Tapi kami sedikit tidak kuatir karena kami bersama porter.


Jam 23.00 WIB, kami berkumpul dan berdoa setelah itu kami berjalan menuju puncak Semeru. Namun kaget bukan main, ternyata porter yang akan menuntun kami menuju puncak tidak tahu track baru, dia bertanya pada pendaki lainnya. Namun mau dikata apalagi, kami pun akhirnya tetap bernagkat dengan porter yang sedikit tidak profesional. Medannya sangat berat, curam, saya hampir saja kalah namun semua itu terletak pada pikiran dan niat. Dalam hati saya berkata saya pasti bisa. Namun, teman kami ada yang tidak kuat. Dia muntah-muntah dan sesak nafas. Kami tidak mau menanggung resiko, apalagi jika itu teman sendiri. Akhirnya dengan berat hati, saya, adik saya dan satu teman kami tersebut kembali turun. Saya dan adik saya sangat kecewa, teman kami yang sakit sempat merasa sungkan. Namun, tak apa..asal nyawa selamat. Sedang teman kami dari Batu dan Jakarta tetap melakukan pendakian.

Sesampai di tenda, kami langsung tidur. Kecewa pasti, makanya kami memilih untuk tidur.
Keesokkan harinya kami berbenah dan kami melakukan perjalanan pulang.
Walaupun medan yang begitu berat, tapi hati ini rasanya tertinggal di Semeru. Suatu hari nanti, saya akan kembali.