Translate

Jumat, 27 Mei 2016

Kisah Pemilik Kebun



Benar-benar bodoh rasanya mengira bahwa bunga akan bermekaran di musim dingin bulan Agustus. Begitu kiranya gumaman seorang pemilik kebun yang lahan kebunnya hancur luluh lantak karena bah.

Angin di bulan Agustus saat itu seakan-akan membawa kesejukan dan harapan meski memasuki musim dingin dan penghujan yang tiada kunjung henti akan membuat tanah segar lalu merangsang tumbuhan untuk merekahkan bunganya.

Nyatanya,
Angin bulan Agustus membawa hujan yang lebat sampai-sampai tumbuhan tak mampu tumbuh sewajarnya karena terpaan air hujan terus menerus.

Bulan Agustus berlalu.
Hanya meninggalkan jejak yang tak seorangpun tahu.
Mungkin hanya pemilik kebun yang merasakan pedihnya lahan yang ia tanami benih bunga-bunga cantik harus hancur karena air hujan yang datang seperti bah.

Bulan Agustus sudah berlalu cukup lama.
Pemilik kebun sudah tidak terlalu menyukai bulan Agustus, namun ia juga tidak terlalu membenci bulan Agustus.

Pemilik kebun melihat tanah perkebunannya yang hancur mulai mengeluarkan tunas di bulan Mei.
Itu membuatnya senang, walau hanya sedikit.

Pemilik kebun mengeluarkan catatan lalu menulis di sana

"Tiada hujan tiada bunga-bunga.
 Tak perlu mengutuki semesta karena semesta lebih tahu apa yang sedang ia lakukan, ketimbang manusia yang berlagak tahu tapi sebenarnya kosong belaka. 
Semesta terlihat menghancurkan tetapi sebenarnya sedang mempersiapkan untuk sesuatu yang lebih indah, ketimbang manusia yang awalnya mengindahkan tetapi berujung menghancurkan. 
Semesta berimbang."

Pemilik kebun menikmati lahan perkebunannya, walau yang terlihat hanya tunas-tunas yang entah akan tumbuh menjadi apa.
Ia melihat harapan, saat matahari memancarkan cahayanya.
Sambil berjalan, ia mendendangkan lagu 
"Yang patah tumbuh, yang hilang berganti.
Yang hancur lebur akan terobati.
Yang sia-sia akan jadi makna.
Yang terus berulang, suatu saat henti.
Yang pernah jatuh, kan berdiri lagi.
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti."

Pemilik kebun berhenti lalu mengambil catatannya dan menulis kembali

"Semesta pun melihat, mendengar, dan merasakan. 
Di bawah kolong langit ini, semua ada masanya.
Tak perlu membenci, tak perlu mengutuki untuk sesuatu yang kita tidak dapat atur sendiri."

Pemilik kebun memilih tuk jadi bijaksana, membiarkan angin dan hujan bulan Agustus berlalu, walaupun ia selalu rindu dengan dingin dan sensasi hujan di bulan itu.

Selasa, 17 Mei 2016

Book Review : HECTOR AND THE SEARCH FOR HAPPINESS





SUKA SEKALI dengan buku karya Francois Lelord ini!!!

Selalu ada pelajaran yang menarik di setiap halamannya.
Dengan bahasa yang sederhana, pembaca akan terpuaskan oleh kisah Hector dalam pencarian kebahagiaan.
Banyak kutipan bijak dalam buku ini tanpa nada bahasa yang menggurui.

Hector merupakan seorang psikiater yang merasa lelah dengan pekerjaannya dan merasa tidak bahagia sehingga dia memutuskan utntuk mengunjungi beberapa negara demi penelitiannya tentang kebahagiaan.
Misinya tersebut membawa Hector bertemu dengan teman lama sekaligus teman baru yang membuat Hector mendapatkan jawaban yang selama ini menghantuinya tentang kebahagiaan.
Hector mencatat 20 butir pelajaran penting tentang kebahagiaan melalui tiap kejadian dan peristiwa yang ia lalui di tiap-tiap negara yang ia kunjungi.
Di lain sisi, pencariannya ini sekaligus membuatnya mengerti tentang arti cinta. Di mana Francois Lelord akan menulis kisahnya pada buku berikutnya yang berjudul "Hector And The Secret Of Love". Can't wait to read it!

Francois Lelord, sang penulis merupakan seorang psikiater juga. Keterkaitan antara profesinya dengan profesi Hector membuat kisah Hector pada buku ini semakin hidup.

Kayaknya reviewnya bakal sesederhana ini karena hanya 1 kata untuk buku ini : EPIC.

Buku ini recommended banget. Wajib baca buat yang lagi galau tentang kebahagiaan, hehehe...
This book is really worth it to read. Guarantied! :D

HAPPY READING!