Angin di bulan Agustus saat itu seakan-akan membawa kesejukan dan harapan meski memasuki musim dingin dan penghujan yang tiada kunjung henti akan membuat tanah segar lalu merangsang tumbuhan untuk merekahkan bunganya.
Nyatanya,
Angin bulan Agustus membawa hujan yang lebat sampai-sampai tumbuhan tak mampu tumbuh sewajarnya karena terpaan air hujan terus menerus.
Bulan Agustus berlalu.
Hanya meninggalkan jejak yang tak seorangpun tahu.
Mungkin hanya pemilik kebun yang merasakan pedihnya lahan yang ia tanami benih bunga-bunga cantik harus hancur karena air hujan yang datang seperti bah.
Bulan Agustus sudah berlalu cukup lama.
Pemilik kebun sudah tidak terlalu menyukai bulan Agustus, namun ia juga tidak terlalu membenci bulan Agustus.
Pemilik kebun melihat tanah perkebunannya yang hancur mulai mengeluarkan tunas di bulan Mei.
Itu membuatnya senang, walau hanya sedikit.
Pemilik kebun mengeluarkan catatan lalu menulis di sana
"Tiada hujan tiada bunga-bunga.
Tak perlu mengutuki semesta karena semesta lebih tahu apa yang sedang ia lakukan, ketimbang manusia yang berlagak tahu tapi sebenarnya kosong belaka.
Semesta terlihat menghancurkan tetapi sebenarnya sedang mempersiapkan untuk sesuatu yang lebih indah, ketimbang manusia yang awalnya mengindahkan tetapi berujung menghancurkan.
Semesta berimbang."
Pemilik kebun menikmati lahan perkebunannya, walau yang terlihat hanya tunas-tunas yang entah akan tumbuh menjadi apa.
Ia melihat harapan, saat matahari memancarkan cahayanya.
Sambil berjalan, ia mendendangkan lagu
"Yang patah tumbuh, yang hilang berganti.
Yang hancur lebur akan terobati.
Yang sia-sia akan jadi makna.
Yang terus berulang, suatu saat henti.
Yang pernah jatuh, kan berdiri lagi.
Yang patah tumbuh, yang hilang berganti."
Pemilik kebun berhenti lalu mengambil catatannya dan menulis kembali
"Semesta pun melihat, mendengar, dan merasakan.
Di bawah kolong langit ini, semua ada masanya.
Tak perlu membenci, tak perlu mengutuki untuk sesuatu yang kita tidak dapat atur sendiri."
Pemilik kebun memilih tuk jadi bijaksana, membiarkan angin dan hujan bulan Agustus berlalu, walaupun ia selalu rindu dengan dingin dan sensasi hujan di bulan itu.